Tas merupakan item penting penunjang fashion. Ukurannya adalah cerminan tidak banyak benda dapat dimasukkan ke dalamnya. Model beraneka dan bahan pembuatan menjadi pertimbangan pertimbangan perempuan maupun laki-laki untuk memiliki. Semakin berkembang jaman maka semakin meningkat pula selera pasar dalam menentukan modelnya. Hits atau up to date , adalah kata pamungkas untuk selera pasar dalam setiap perkembangannya.

Tas polos berbahan kanvas tidak pernah lekang oleh musim. Padu padannya jika istilah anak muda kekinian mix and match masuk dalam setiap gaya apapun. Tas ini dikenal dengan nama totebag. Totebag merupakan alat pembawa barang yang ramah lingkungan. Bayangkan jika setiap kita menggunakan tas ini menjadi alat pembawa barang belanjaan. Kita tidak perlu lagi membayar kantong plastik yang dikeluarkan oleh pihak minimarket, kita juga tidak perlu lagi membeli kantong plastik tambahan di pasar tradisional untuk barang belanjaan kita.

Di minimarket sekitar kita kantong plastik sekitar Rp. 1.200, jika dipasar tradisonal kisaran 1000-5000 per lembar. Satu orang saja setiap harinya dengan menggunakan kantong plastik, maka menghabiskan lebih dari 30.000 per bulannya per orang. Kantong plastik ini jika kita buang menjadi sampah maka dia akan menambah volume sampah plastik yang sudah ada. Sementara, kita masyarakat keluhkan soal sampah yang belum teratasi dengan baik, sendirinya kita adalah penyumbang sampah plastik yang tidak terurai hanya dari penggunaan kantong plastik sebagai pembawa barang belanjaan. Belum lagi jika produk yang kita beli adalah produk-produk yang kemas dengan bahan plastik.

Dahulu, ibu rumah tangga menggunakan tas sendiri sebagai pembawa belanjaan. Beragam namanya di setiap daerah di indonesia. Sangkek adalah nama kearifan lokal masyarakat Bengkulu. Kebiasaan ini perlahan-lahan tergerus oleh seiring perkembangan jaman. Biasanya kebiasaan baru menggunakan kantong plastik ini jugalah yang menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Belum lagi keterbatasan waktu dan kreatifitas untuk membantu sampah plastik.

“Bebas Plastik”  telah dikampanyekan oleh banyak penggiat atau pecinta lingkungan saat ini yang memang mempunyai keresahan terhadap plastik. Hendaknya “Bebas Plastik” juga kita tanamkan dalam diri kita dan perlahan kembali pada kebiasaan lama yang ramah lingkungan berkonsepkan kekinian. Agar terjadi pengurangan atas keresahan kita terhadap sampah plastik yang membutuhkan waktu 50-100 tahun tahun untuk dapat terurai yang sekarang sampah tersebut kian bertambah.

Hasil FotoVoice TIM 1: BIMA SATRIA YUDHA, EGI ADE SYAHPUTRA, HENDRIK RAVINDRA, SELVIA HAYYU NETRA. ( Tanah Patah, Kota Bengkulu, 9 Januari 2021)