Bengkulu – Pada tanggal 23 Oktober 2023 lalu, Genesis mengikuti peluncuran Mapbiomas Indonesia koleksi 2.0 mengenai dinamika tutupan lahan Indonesia dari tahun 2000 hingga 2022 di Sanur, Bali. Acara ini adalah kelanjutan dari peluncuran Mapbiomas koleksi 1.0 pada tahun 2020 yang berisi tentang dinamika tutupan lahan Indonesia tahun 2000-2019. Namun pada koleksi 2.0 ini, Mapbiomas Indonesia memetakan satu kelas baru yaitu sawah. Sehingga yang awalnya memuat 10 kelas, sekarang menjadi 11 kelas.

Berdasarkan data Mapbiomas, hutan Indonesia pada tahun 2000 memiliki luas 112.388.631 hektar dan pada tahun 2022 menurun menjadi 105.876.146 hektar. Dengan demikian, hutan di Indonesia dalam kurun waktu 22 tahun berkurang 6.512.485 hektar atau sekitar 5,8%.

Genesis Bengkulu sebagai Organisasi non Pemerintah yang berfokus pada isu lingkungan dan tergabung dalam pengembangan peta MapBiomas Indonesia, mencoba melihat lebih spesifik tutupan lahan kawasan hutan Bengkulu sesuai data digital SK.784 tahun 2012 berluasan 924.629,70 hektar.

Berdasarkan data MapBiomas Indonesia koleksi 2.0 tahun 2022 menyebutkan, kawasan hutan bengkulu sudah beralih menjadi non hutan (tumbuhan non hutan, sawah, sawit, kebun kayu, pertanian lainnya, lubang tambang, non vegetasi lainnya) seluas 154.990,25 hektar.

Secara lebih rinci kawasan non hutan pada tahun 2000 adalah 142.107,10 hektar, dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 154.990,25 hektar. Maka dapat dilihat kawasan non hutan bertambah seluas 12.883,15 hektar dalam kurun waktu 22 tahun. Sedangkan luas hutan alami (formasi hutan dan mangrove) Bengkulu tahun 2000 adalah 781.787,62 hektar, sudah berubah menjadi 768.905,20 hektar pada 2022.  Maka dapat dilihat luas hutan alami Bengkulu berkurang seluas 12.882,42 hektar dalam kurun waktu 22 tahun.

“Tutupan hutan alam selalu berkurang setiap tahunnya, berbanding terbalik dengan tutupan sawit di dalam hutan yang semakin meningkat setiap tahunnya” ujar Egi Saputra selaku Direktur Genesis.

Egi menambahkan, dimana selama 22 tahun terakhir tutupan lahan yang berubah menjadi tanaman sawit seluas 17.359,55 hektar dari yang semula 10.437,43 hektar. Artinya, tahun 2022 bertambah menjadi 27.796,98 hektar.

Dari total 27.796,98 hektar, alih fungsi lahan menjadi tanaman sawit ini paling luas di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT), dimana kawasan HPT Bengkulu saat ini dikuasai tanaman sawit lebih kurang 15.703,37 hektar. Bahkan kawasan konservasi dan lindung yang memiliki fungsi pokok penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman flora dan fauna serta ekosistem pun sudah diduduki oleh tanaman sawit dengan total luasan 3.221,44 hektar.

Kondisi ini juga menandakan belum maksimalnya pengawasan dan penegakan hukum kehutanan yang di jalankan oleh pemangku kawasan hutan.

Genesis menemukan banyak tanaman sawit milik perusahaan yang jelas-jelas masuk ke dalam wilayah kawasan hutan tetapi tetap beroperasi seperti biasa. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena dari sisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan bahwa sawit bukan termasuk tanaman hutan. Dan dalam Permen LHK P.23/2021 sawit juga tidak masuk sebagai tanaman rehabilitasi hutan dan lahan (RHL).

“Setiap wilayah hutan memiliki masalah kerusakan yang sangat cepat,” ucap Jhoni Hendri selaku Sub Kordinator Perlindungan Hutan DLHK Bengkulu.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang di adakan oleh Jaringan Pemantauan Independen Kehutanan (JPIK), Jhoni menambahkan bahwa banyak sekali Hak Guna Usaha (HGU) yang luasannya tidak sesuai dengan luasan yang seharusnya, dan banyaknya ketidakjelasan pal batas kawasan hutan akibat digeser oleh masyarakat.